
Jaman sekarang gak kenal Pahlawan sendiri, apa kata dunia!!!! Begitulah yang mungkin di lontarkan sesepuh-sesepuh kita yang berjuang habis-habisan melawan penjajah yang masih hidup sampai sekarang =(, sedih yach. Bahkan pernah saya nonton sebuah acara TV yang dimana salah satu mantan pejuang hidup menjadi tukang becak. Apakah ini wujud kita membanggakan Pahlawan trus apa arti sebenarnya “Hari Pahlawan”, sedih rasanya.
Dari setitik peristiwa itulah aku mencari-cari sumber baik dari internet, surat kabar, dan buku-buku tentang Pahlawan khususnya dikotaku sendiri di Seputar Makassar agar aku bisa mengenal sekaligus memberikan info ke sahabat-sahabat blogger khususnya seputaran Makassar untuk sekedar mengenal Pahlawan kita sendiri, dan Alhamdulillah aku dapat buku dari salah satu Penerbit yakni Pustaka Refleksi dengan judul Profil Raja dan Pejuang Sulawesi Selatan Penulis Hannabi Rizal, Zainuddin Tika, M. Ridwan Syam.
Andi Pangerang Petta Rani : Pemimpin manunggal dengan rakyat.
Beliau lahir dari pasangan Andi Mappanyukki dan I Batasi Daeng Taco, 14 Mei 1904, AP. Petta Rani dikenal sebagai pemimpin yang ‘manunggal’ dengan rakyat, sehingga mendapat julukan “The godfather”. Sedikit kisah beliau, Suatu ketika beliau menjabat sebagai Gubernur Sulawesi Selatan tahun 1956-1960, (wah aku baru tau nih AP. Petta Rani itu pernah jadi Gubernur setahuku hanya nama jalannya hehehe….), beliau bersama anaknya berencana ke tukang cukur, sang anak pun langsung mengambil sedan mobil dinas ayahnya, tapi tiba-tiba beliau AP. Petta Rani memanggil tukang becak, daeng-daeng becak sahut beliau, anaknya pun lantas bertanya kok becak ayah kan anak mobil, dengan senyum ayahnya berkata “ kita harus merasakan hidup sebagai orang biasa, jangan sekali-kali sombong walau menjadi seorang Gubernur bahkan Raja sekalipun, karena tidak selamanya menjadi Gubernur atau Raja dan tidak selamanya juga menjadi anak cucu Gubernur atau Raja, dan apabila suatu saat kita lepas dari jabatan tersebut kita tidak canggung untk menjadi rakyat biasa.
Tahun 1903, beliau masuk Sekolah Bumi Putera dan Tamat tahun 1919. Setelah itu ia menlanjutkan pendidikan di Opleiding School Voor Inlandche Ambtenaren (OSIVA). Setamat di OSIVA, beliau langsung diangkat menjadi pegawai Pamongpraja (ambtenaren bij Inlandche Bestuurdier (AIB) di Palopo, Bone dan Takalar. Setelah itu beliau, diserahi tugas sebagai Kepala Distrik Bontonompo, di Gowa.
Beliau pun dipercaya sebagai ‘sekretaris pribadi’ Raja Boen dan di berikan gelar ‘Arung Macege’, setelah Indonesia merdeka 1956-1960 dipercayakan memimpin daerah Sulawesi Selatan menggantikan Lanto Daeng Pasewang, Jabatan selanjutnya, Anggota DPA dan terakhir menjadi anggota MPR.
Postingan selanjutnya “Andi Mattalatta” : Jejak Perjuangan
