Kamis, 25 Februari 2010

Seni Pantun Makassar



Sambahyang alle lipa
Amala’nu pare baju
Iyami antu
Nibokong takle rianja
Shalat jadikan sarung (alas)
Amalan jadikan pakaian
Karena hanyalah itu
Menjadi bekal dihari Akherat

Majai tau kucini
Tarekakna najarreki
Nana lappasang
Sambahyang lima wattuwa
Kebanyakan umat kalau diperhatikan
Sangat mendalami ilmu tarekat
Akan tetapi melalaikan
Shalat lima waktunya

Karaeng Mappajariya
Nisombaya tojeng-tojeng
Tena rapanna
Tena sampajjuluna
Allah Yang Maha Pencipta
Disembah dengan sepenuh hati
Tak ada Dua-Nya
Tak ada yang dapat menandingi-Nya

Selengkapnya tertulis di Kisah-kisah orang Sulsel : A. Shadiq Kawu, Pustaka Refleksi Makassar

CATATAN PELAYARAN ANTARA MAKASSAR, BUTON, TORAJA dan TIMOR




Orang Makassar sejak dulu terkenal akrab dengan laut. Sebab, laut bukan hanya tempat melepas penat dan sepi, dengan melihat ombak bergulung memecah pantai dan berlari-lari berderet-deret diiringi angin yang mendesir setiap saat dipinggir pantai yakni pantai Losari Makassar atau Tanjung Akkarena Makassar bukan juga tempat untuk mencari nafkah misalnya mencari sea food : kepiting, udang, ikan atau tude (atau tiram/kerang), teringat masa kecil dulu menjadi pa-tude atau pa-sulo :,)

Secara Filosofis, orang Makassar menganggap Laut adalah sesuatu yang amat berarti, karena laut menggambarkan kebesaran Allah yang Menciptakan laut beserta isinya yang tidak pernah habis meskipun tiap hari berjuta-juta ton hasil laut diambil dimuka bumi ini, Subhanallah.

Berangkat dari itu semua laut di seputar Makassar banyak meninggalkan kisah dan petualangan-petualangan yang mengasikkan, Nenek Moyangku seorang pelaut……….. lagu itu mengingatkan masa-masa kecilku hehehe, berikut sepenggal catatan yang membuktikan nenek moyang orang Makassar seorang pelaut (tu.., tu….. Popeye the Sailor Moon)

I Lukmuk ri Mandalle dicatat pernah melakukan perjalanan laut (pelayaran) semacam safari laut disertai Sembilan kapal menuju Bima. Peristiwa tersebut terjadi pada bulan Oktober 1618, ada juga pelaut bernama Karaeng Matoaya bersama dengan raja berlayar ke pulau Buton dan menaklukkan negeri itu untuk pertama kalinya, selanjutnya Sultan Alauddin tiba dipulau Buton, menuju ke Bima dan menaklukkan Bima, Dompa, Sumbawa, Tembora dan Sultan Alauddin pun ikut menyebarkan Agama Islam di pulau-pulau tersebut.

Tempo dulu dari Makassar menuju ke Toraja tidak dapat ditempuh melalui perjalanan darat, tetapi harus melalui laut, perjalanan perdana Makassar ke Toraja dimulai tanggal 22 Oktober 1626 pada tanggal 13 Nopember 1626 Raja Gowa kembali ke Gowa setelah menaklukkan bolong. Pernah tercatat bahwa orang Bima melakukan pertempuran/pemberontakan selama 12 hari setelah dari Toraja tanggal 25 Nopember 1626, dan sebuah armada militer dilirim ke Bima dibawah pimpinan karaenga ri Burakne. Tercatat juga bahwa orang gowa pernah berlayar ke Timor tanggal 15 Januari 1641 ketika raja Tallo berangkat dari Kalanakkukang (Bulukumba) menuju Timor.

Ambon dikunjungi pertama kali oleh orang Gowa pada 1 Februari 1642 ketika Rombongan I Daeng Battu Karaeng Butta tiba di Ambon, tanggal 5 Oktober 1643 Raja pergi ke Agang Menjok (wilayah Ternate) berperang dengan Bone. Tanggal 20 Oktober 1644 Karaeng Paranggi meninggalkan Galesong bersama perahunya. Menurut catatan Lontara diatas Perahu Karaeng Patanggi “I Tuang” (Syekh Yusuf) yang berlayar ke Banten.

Demikianlah beberapa Catatan petualangan dan pelayaran Orang Makassar kepulau-pulau bagian sebelah timur nusantara pada abad 12, dan Alhasil dari pelayaran nenek moyang kita tersebut antara Suku Makassar, Buton, Toraja dan Timur hidup berdampingan dan saling melengkapi terbukti dilingkungan pribadi saya.
Bhinneka Tunggal Ika Berbeda-beda tetapi satu

Sumber Kisah-kisah orang Sulsel : A. Shadiq Kawu, Pustaka Refleksi Makassar

Sabtu, 20 Februari 2010

Sastra Makassar




Dikalangan orang Makassar, sejak dahulu mengenal tentang bahasa berirama atau satra, bukan hanya suku lain saja seperti padang. Orang Makassar menggunakan sastra tersebut sebagai bahasa sehari-hari, misalnya ketika ada seorang pemuda yang ingin meminang seorang pemudi, biasanya keluarga pemuda tersebut mencari orang yang mampu bersilat lidah atau ahli pantun/sastra dan melantunkan bahasa kiasan atau tutur kata agar pinangannya diterima contoh beberapa sastra/pantun dalam bahasa Makassar dinamakan kelong yang dilantunkan seperti :
Niaka Anne Mammempo
Angerang kasi’ asikku’
Saba’ nia’na
Hajjakku lakkupabattu
Saya datang menghadap
Membawa pengharapanku/rendah hatiku
Dikarenakan Adanya
Maksud ingin kusampaikan

Kamase-mase kuerang
Toddongko rimangko kebo
Naki’ minasa
Nipaempoi kalabbirang
Rendah hati kubawa
Kutaruh di mangkuk putih
Kami berharap
Didudukkan pada adat

Orang Makassar dahulu khususnya orang tua juga mendendangkan kelong atau pantun yang penuh pesan, pendidikan, petuah-petuah, tapi sekarang bahkan tenggelam dan pupus dipinggirkan oleh pantun dari daerah Barat yang bahkan artinya jauh dari arti sebenarnya, sehingga pantun khas sendiri dilupakan oleh generasi Muda.

Macam – macam sastera yaitu :

1. Sinrili dari Makassar
2. Kelong/Pantun dari Makassar
3. Rupama dari Makassar
4. Aru dari Makassar
5. Paddoangang
6. Paruntuk Kana dari Makassar
7. Pasang dari Makassar

Dikutip dari Sastra Makassar oleh HM. Siradjuddin Bantang penerbit Pustaka Refleksi

Kamis, 18 Februari 2010

Setahun Penduduk Makassar melonjak 200.000




Makassar, jumlah penduduk yang bermukim di Kota Makassar mencapai 1,5 juta jiwa. Jumlah tersebut mengalami lonjakan sekitar 200.000 orang dalam kurun waktu satu tahun.

“Kami sudah berkoordinasi dengan Dinas Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil bahwa jumlah penduduk Makassar saat ini sudah mencapai 1,5 juta orang,” tutur Kepala Sub Bagian Pemberitaan (Kasubag) Humas Pemkot Makassar Ridha Rasyid, di Makassar kemarin. Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) Makassar melansir jumlah penduduk berdasarkan sensus penduduk tahun 2009 sebanyak 1,2 juta jiwa. Pertumbuhan penduduk dari tahun 2008 ke 2009 hanya berkisar 70.000 orang.

Data tersebut ditampik Pemkot Makassar. Menurut Ridha, jumlah yang dilansir BPS tidak sesuai dengan kondisi nyata jumlah penduduk Makassar saat ini. Hal itu diindikasikan dengan jumlah penerbitan Kartu Tanda Penduduk (KTP), Kartu Keluarga (KK), dan akta kelahiran sebagai realisasi Program IASmo Bebas. “Masa’ pertumbuhan jumlah penduduk hanya tetap 1,2 juta orang.

Kami sudah melaporkan data ini ke wali kota bahwa jumlah penduduk yang diambil dari Dinas Administrasi Kependudukan dan Catatan Sipil,”jelasnya. Dia menambahkan,pasca program IASmo Bebas yang dilaunching pada 18 Agustus 2009 lalu, animo masyarakat untuk mengurus KTP sangat baik. Jumlah warga yang mengurus KTP sebelum program IASmo Bebas diberlakukan hanya 20 sampai dengan 30 orang per hari.

Namun, pasca di launching menjadi 200 hingga 300 orang setiap hari. Malah, di kantor Camat Panakkukang penerbitan kartu identitas tersebut pernah menembus angka 400 orang dalam satu hari. “Dengan penggratisan KTP ini akan mampu memperbaiki database administrasi kependudukan,” tandas Ridha Rasyid. Diberitakan,Wali Kota Makassar Ilham Arief Sirajuddin mengatakan, jumlah penduduk di Makassar maksimal berjumlah 2 juta jiwa.
Jika melebihi angka tersebut, bisa berdampak pada kesemrawutan dan sektor perekonomian.Dengan demikian, kuota warga Makassar hingga saat ini sebanyak 500.000. Untuk itu, Pemkot Makassar mulai memperketat penerbitan KTP yakni warga bisa mendapatkan KTP jika sudah bermukim selama 6 bulan. Lurah dan camat dilarang menerbitkan surat keterangan domisili jika warga belum menetap selama 6 bulan. Pemkot juga berencana melakukan razia KTP pada tahun-tahun mendatang.

Razia ini tentunya dalam memotivasi bagi warga untuk meningkatkan kesadaran terhadap tertib administrasi kependudukan dan pencatatan sipil. Ilham menambahkan, konsep Mamminasata (Makassar, Sungguminasa, Maros, dan Takalar) yang saat ini dirintis oleh Pemprov Sulsel nantinya diharapkan mampu menahan laju urbanisasi atau dapat menjadi pemerataan dan penyebaran jumlah penduduk di Makassar. (mulyadi abdillah)
www.makassarkota.go.id

Tiga Pulau di makassar diusul Jadi Warisan Dunia




MAKASSAR- Pemkot Makassar melirik tiga pulau yang berada di wilayah Kecamatan Ujungtanah, untuk didaftarkan ke United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai situs warisan dunia. Pemkot ingin mengikuti jejak Pemkab Luwu Timur yang sudah mengusulkan tiga danau.

Ketiga pulau dimaksud adalah Pulau Baranglompo, Pula Kodingareng Keke, dan Pulau Samalona. Pemandangan pulau yang masih asri dan terumbu karang yang masih terjaga keindahannya, menjadi alasan Pemkot Makassar mengajukan tiga pulau ini ke organisasi yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa tersebut.

Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mengatakan, karena kota tidak memiliki hutan dan kawasan khusus, maka dipilih pulau untuk diajukan ke UNESCO. Apalagi, kata dia, biota laut seperti terumbu karang memang cukup kaya di ketiga pulau tersebut.

"UNESCO kan lebih tertarik dengan sektor lingkungan. Nah, saya melihat keberadaan terumbu karang di sejumlah gugusan pulau-pulau cukup menarik untuk diusulkan sebagai situs warisan dunia," jelas Ilham, Jumat, 25 Desember.

Ilham pun berharap pihak UNESCO akan memberikan bantuan biaya dalam pemeliharaan pulau berikut terumbu karangnya. Khusus Pulau Baranglompo, katanya, sudah eksis sebagai pusat penelitian terumbu karang sehingga layak dipertahankan keberadaannya.

"Ini yang perlu kita pikirkan bersama, bagaimana agar terumbu karang yang ada di sekitar pulau tidak dihancurkan oknum tidak bertanggungjawab. Terutama para nelayan yang menangkap ikan dengan bom ikan," kata Ilham. (ram)
MAKASSAR- Pemkot Makassar melirik tiga pulau yang berada di wilayah Kecamatan Ujungtanah, untuk didaftarkan ke United Nations Educational Scientific and Cultural Organization (UNESCO) sebagai situs warisan dunia. Pemkot ingin mengikuti jejak Pemkab Luwu Timur yang sudah mengusulkan tiga danau.

Ketiga pulau dimaksud adalah Pulau Baranglompo, Pula Kodingareng Keke, dan Pulau Samalona. Pemandangan pulau yang masih asri dan terumbu karang yang masih terjaga keindahannya, menjadi alasan Pemkot Makassar mengajukan tiga pulau ini ke organisasi yang berada di bawah naungan Perserikatan Bangsa-bangsa tersebut.

Walikota Makassar, Ilham Arief Sirajuddin, mengatakan, karena kota tidak memiliki hutan dan kawasan khusus, maka dipilih pulau untuk diajukan ke UNESCO. Apalagi, kata dia, biota laut seperti terumbu karang memang cukup kaya di ketiga pulau tersebut.

"UNESCO kan lebih tertarik dengan sektor lingkungan. Nah, saya melihat keberadaan terumbu karang di sejumlah gugusan pulau-pulau cukup menarik untuk diusulkan sebagai situs warisan dunia," jelas Ilham, Jumat, 25 Desember.

Ilham pun berharap pihak UNESCO akan memberikan bantuan biaya dalam pemeliharaan pulau berikut terumbu karangnya. Khusus Pulau Baranglompo, katanya, sudah eksis sebagai pusat penelitian terumbu karang sehingga layak dipertahankan keberadaannya.

"Ini yang perlu kita pikirkan bersama, bagaimana agar terumbu karang yang ada di sekitar pulau tidak dihancurkan oknum tidak bertanggungjawab. Terutama para nelayan yang menangkap ikan dengan bom ikan," kata Ilham. (ram)

Dikutip dari makassarkota.go.id

Orang Makassar di Perancis : September 1687

Pernahkah kita dengan atau terlintas dibenak kita bahwa nenek moyang kita orang Makassar berlayar hanya dengan menggunakan perahu Phinisi menuju Perancis, wah hebat, keren, boleh dibilang Superman. Mereka menghadapi Ombak, angin, dinginnya laut, dan menghadapi jauhnya keluarga bisakah kita menyamainya keberaniannya.

Sepenggal kisahnya, Cristian Pelras, peneliti dari Cenre Nasional De La Recherché Scient Fiqe tertarik untuk mengadakan study tentang orang-orang Makassar, Kisah ini ketika terjadinya pemberontakan orang Makassar di Ayuthia Muangthai pada Bulan Agustus dan September 16 85.

Tatkala 120 orang Makassar dibawah Pimpinan “Pangeran Makassar” (Istilah pelras untuk Daeng Mangalle) melakukan perlawanan berani mati kepada pasukan gabungan, Perancis, Inggris, dan Muangthai, ke 120 orang tersebut gugur dalam pertempuran kecuali dua orang anak yang masih kecil.

Nama anak itu Daeng Ruru dan Daeng Tulolo, oleh Duta Besar Perancis di Muangthai mereka diberangkatkan dari Ayuthia ke Perancis tanggal 5 Nopember 1686. Setelah mengarungi lautan selama sepuluh bulan mereka tiba diPerancis pada tanggal 22 Agustus 1687 dan kapal mereka mendarat di Pelabuhan Brest (Perancis Barat). Mereka disekolahkan di Paris, yaitu College de Clermont, Menurut Angkatan Laut mereka berdua, satunya menjadi calon Perwira di Kota Brest tanggal 1 Mei 1690, tanggal 1 Januari 1691 jadi Letnan dua, 1 Januari 1692 jadi Kapten Laut dan Meninggal di Havana 19 Mei 1708. Dan satunya lagi calon Perwira di Kota Brest tanggal 18 Mei 1699, Letnan dua di Kota Brest tanggal 25 Nopember 1712 dan Meninggal.

Hai kawan-kawan dari kisah ini mari kita menyimpulkan bahwa kita harus bangga menjadi orang Makassar buktinya nenek kita memang seorang pelaut yang Handal mereka dapat menempuh perjalanan yang sangat jauh dan melelahkan yang selalu memasukkan kata siri’ na pacce’ kedalam jiwa dan dadanya.

Terbitan lengkapnya ada di Penerbit Pustaka Refleksi dengan judul Kisah-Kisah Bijak Orang Sulsel

BUDAYA MAKASSAR DIAMBANG KEPUNAHAN BETULKAH ?

Membicarakan masalah budaya Makassar, tidak terlepas dari mempersoalkan warisan-warisan budaya seperti tempat bersejarah, pahlawan, kesenian dan sebagainya. Pertanyaannya apakah kita sebagai orang Makassar khususnya Pemuda-pemudi Makassar masih mengenal budaya Makassar jawabannya tidak, bahasa Makassar pun bahkan mulai pupus apalagi dikota Makassar, hanya dipedalaman saja yang masih kental dengan menggunakan bahasa kita. Bahkan sedihnya lagi bila kita menemui anak muda yang memakai bahasa/logat Makassar dikatakan gak funky-lah, gak gaul, cemen dan lain-lainnya.

Masih ingatkah kita sewaktu kecil bermain kelereng bahasa Makassar (baguli), bermain layangan (a’layang-layang), main petak umpet (enggo-enggo), melempar batu (santo’-santo’), semua permainan itu ditenggelamkan oleh yang namanya Playstation, game online. Padahal pada saat kita melihat dari sisi kesehatan permainan diatas lebih mengutamakan gerakan tangan, kaki, dan pikiran sehingga dengan tidak sengaja anak-anak berolahraga akan tetapi permainan Playstation dan online hanya duduk dan melihat saja meskipun permainan tersebut tidak semuanya kurang baik.

Benarkah pendapat yang mengatakan bahwa semua yang modern itu membawa pengaruh yang baik untuk kemajuan, dan semua yang klasik itu menyebabkan kemunduran, hal ini kurang kebenarannya, dapat dilihat pada masyarakat Jepang yang kemajuannya sangat oesat namun sangat memelihara kebudayaan klasiknya misalnya masih digemari teater kabuki, Noh dan budaya minum the, mereka menjadga kebudayaannya yang merupakan identitas suatu bangsa dan nasional.

Dari dasar pemikiran yang sederhana inilah saya bermaksud untuk lebih mendalami dan menggali nilai-nilai dan hikmah budaya warisan para leluhur baik tentang Budaya, Pahlawan, sejarah, situs prasejarah Makassar baik dari buku, web, dan informasi lain.

Adapun referensi saya yang awal yakni :
Sastra Makassar ditulis oleh HM Siradjuddin Bantang diterbitkan Pustaka Refleksi
Kisah-kisah bijak orang Sulawesi Selatan oleh A. Shadiq Kawu diterbitkan Pustaka Refleksi

Maka Lahirlah www.ommail-makassar.blogspot.com