Sabtu, 20 Februari 2010

Sastra Makassar




Dikalangan orang Makassar, sejak dahulu mengenal tentang bahasa berirama atau satra, bukan hanya suku lain saja seperti padang. Orang Makassar menggunakan sastra tersebut sebagai bahasa sehari-hari, misalnya ketika ada seorang pemuda yang ingin meminang seorang pemudi, biasanya keluarga pemuda tersebut mencari orang yang mampu bersilat lidah atau ahli pantun/sastra dan melantunkan bahasa kiasan atau tutur kata agar pinangannya diterima contoh beberapa sastra/pantun dalam bahasa Makassar dinamakan kelong yang dilantunkan seperti :
Niaka Anne Mammempo
Angerang kasi’ asikku’
Saba’ nia’na
Hajjakku lakkupabattu
Saya datang menghadap
Membawa pengharapanku/rendah hatiku
Dikarenakan Adanya
Maksud ingin kusampaikan

Kamase-mase kuerang
Toddongko rimangko kebo
Naki’ minasa
Nipaempoi kalabbirang
Rendah hati kubawa
Kutaruh di mangkuk putih
Kami berharap
Didudukkan pada adat

Orang Makassar dahulu khususnya orang tua juga mendendangkan kelong atau pantun yang penuh pesan, pendidikan, petuah-petuah, tapi sekarang bahkan tenggelam dan pupus dipinggirkan oleh pantun dari daerah Barat yang bahkan artinya jauh dari arti sebenarnya, sehingga pantun khas sendiri dilupakan oleh generasi Muda.

Macam – macam sastera yaitu :

1. Sinrili dari Makassar
2. Kelong/Pantun dari Makassar
3. Rupama dari Makassar
4. Aru dari Makassar
5. Paddoangang
6. Paruntuk Kana dari Makassar
7. Pasang dari Makassar

Dikutip dari Sastra Makassar oleh HM. Siradjuddin Bantang penerbit Pustaka Refleksi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar